Akibat trauma mendengar cerita ayahnya pernah membunuh salah seorang anaknya, anak-anak yang lain tidak berani melepaskan pasungan terhadap ayahnya selama lebih dari 25 tahun.
Nyoman Bg (Bagia), laki-laki yang sudah mulai tampak tua ini kini berusia 60 tahun. Warga Br Pangitebel, Antiga Kelod, Manggis ini terlihat ramah ketika rombongan LSM Layanan Hidup Bahagia yang dipimpin Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ(K) mengunjunginya. Pihak keluarga pun terkesan sangat terbuka untuk menunjukkan jalan dimana tempat Bg dipasung. Bau kencing dan kotoran jelas tercium ketika memasuki bilik kosong tempat Bg dipasung meskipun terkesan sangat bersih dan jauh dari kesan diterlantarkan.
Sehari-harinya Bg diurus oleh 2 orang anaknya, Ni Luh Sinar dan Made Rawi dari hasil perkawinan keduanya. “Kami hanya mendengar bahwa ia nyempal anak dari perkawinan pertamanya, tapi kami tidak pernah melihatnya melakukan hal tersebut”, tutur Made Rawi seraya menjelaskan alasannya keluarga tidak berani melepas Bg. Ia menikah sebanyak 2 kali, yang pertama dengan Dayu dari Tabanan namun sudah cerai, dan yang kedua dengan orang Banyuwangi namun juga sudah meninggal 20 tahun yang lalu karena sakit tifus. Bg sendiri merupakan anak ke 6 dari 9 bersaudara.
Sinar juga menjelaskan bahwa sekarang ini memang terlihat sangat ramah, namun kalau sudah kumat tidak ada yang berani mendekat karena bicara selalu keras-keras dan kasar. Sementara itu menurut penuturan tetangganya, Bg sempat bekerja di Restoran Hongkong di Denpasar selaku koki, tapi semenjak sakitnya ia tidak pernah lagi kembali bisa bekerja ke Denpasar. “Kalau kumat, uang kepeng Bali yang asli itu bisa dipatahkannya dengan menyelipkan di jari-jarinya”, tambah Rawi. Selain itu jendela, pintu rumah dan tembok juga tidak luput dari amukannya dan bahkan sempat membakar Pura Prajapati.