Tidak adanya kepedulian dari kalangan pemerintah terhadap masalah gangguan jiwa tidak menyurutkan Suryani Institute untuk menyuarakan permasalahan ini di masyarakat. Bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Denpasar melakukan siaran bersama dalam Siaran Pedesaan. Acara perdana dilakukan pada Kamis (17/10) pukul 13.00-14.00 dengan mengambil topik Bunuh Diri.
Peduli Pilkada Bupati Klungkung
Kampanye putaran pertama Pilkada Klungkung dimulai dengan Pemaparan Visi dan Misi masing-masing kandidat di hadapan anggota DPRD Klungkung, Rabu (8/10), di ruang Sabha Nawa Nata DPRD Klungkung. Pada kesempatan berikutnya, yakni 13 Oktober dan 18 Oktober kampanye dalam bentuk debat publik di Museum Nyoman Gunarsa (MNG) di wilayah Banjar Banda, Klungkung.
Melihat banyaknya calon kandidat bupati dan wakil bupati yakni sebanya 7 pasang, membuat Prof Dr dr Luh Ketut Suryani, SpKJ (K) merasa perlu untuk melihat langsung jalannya debat publik yang dilaksanakan Senin kemarin. “Perlu latihan untuk bisa berbicara pada inti permasalahan sehingga tidak hanya sebatas teori saja”, kesan Prof Suryani. “Masyarakat sudah mengerti masalah yang dihadapi dan yang diharapkan adalah adanya langkah nyata dalam mengatasi permasalahan yang ada”, tambahnya lagi yang pada kesempatan tersebut hadir bersama psikiater muda, dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ. Kehadirannya ini sekaligus juga untuk menunjukkan dukungan selaku warga Puri Klungkung.
Program Jati Diri di Stikes Bina Usada Bali
Setelah berhasil mengubah 15 orang mahasiswi calon bidan di STIKES Bina Usada Bali pada tahun ajaran yang lalu, kali ini Suryani Institute kembali melakukan kegiatan serupa terhadap 32 orang mahasiswi baru. Kuliah perdana Program Jati Diri yang mulai diberikan Sabtu (11/10) langsung mendapatkan pengarahan dari Prof dr Dr Luh Ketut Suryani, SpKJ (K) bersama dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ. “Pengajaran yang kami berikan bukan sekedar memberikan kuliah biasa seperti layaknya di perguruan tinggi lainnya, tetapi kami ingin mengubah mereka untuk terpanggil terhadap dirinya dan iklas dalam membantu orang lain dalam tugas nantinya sebagai bidan”, jelas Prof Suryani.
Menurut teori Barat dalam mengubah kepribadian seseorang diperlukan waktu yang panjang antara 3-5 tahun, tetapi dengan Program ini hasil tersebut dapat diperoleh dalam waktu 3 bulan. “Mereka yang tadinya tidak berani bicara menjadi berani untuk tampil ke publik dan mempunyai percaya diri yang tinggi”, ungkap dr Cokorda Bagus. Mengubah diri memang tidak mudah dan memerlukan perjuangan, namun 32 orang ini telah menyatakan siap untuk mendapatkan didikan dan gemblengan keras dari seorang guru besar di Bidang Psikiatri yang hanya ada satu di Bali.
Penanganan Gangguan Jiwa di Karangasem
Melihat program kesehatan gratis yang dicanangkan oleh Pemprop Bali baik terhadap kesehatan fisik maupun mental, Prof Luh Ketut Suryani, SpKJ (K) selaku director di Suryani Institute menyatakan kekecewaannya. Hal ini diungkapkannya pada pertemuan dengan direktur RSUD Karangasem, dr Parwatayasa, SpOG pada Kamis (9/10) di Karangasem.
Ia menambahkan kemungkinan kecil mereka yang mengalami gangguan jiwa akan tertangani dengan bagus, karena menurutnya mereka yang mengalami gangguan jiwa masih memiliki stigma untuk mencari pengobatan keluar. Apalagi yang sifatnya harus berhadapan dengan orang banyak. “Apa yang dilakukan oleh pemerintah tidak mendidik masyarakat dan tidak mencari akar permasalahan, hanya bersifat gebyar saja”, tandas Prof Suryani. Untuk itu pihaknya mencoba mencari terobosan baru dengan melakukan kerjasama langsung terhadap direktur RSUD. Usaha menjemput bola dengan membentuk relawan yang telah dibekali dengan ilmu kesehatan mental dirasakan lebih efektif dalam membuka stigma di masyarakat. Berbeda dengan kinerja petugas kesehatan yang ada selama ini hanya menerima laporan dari masyarakat tanpa pernah mau melihat dan memahami apa yang terjadi di masyarakat.
Untuk itu Layanan Hidup Bahagia yang telah bekerja selama 3 tahun di Karangasem diharapkan tetap menjadi ujung tombak dalam menangani gangguan jiwa di Karangasem. Hal senada juga diungkapkan oleh dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ yang pada kesempatan tersebut hadir mendampingi Prof Suryani untuk melakukan pemantauan terhadap kinerja relawan Layanan Hidup Bahagia.